Rabu, 22 Desember 2010

Nasib Kesultanan Jogja Akankah Seperti Kasunanan Surakarta?

Kemarin, setelah melihat sebuah acara di salah satu televisi lokal di daerah Malang, saya merasa masyarakat Jagja yang begitu ngotot agar posisi sultan tidak diganggu gugat memang cukup beralasan. Dalam tayangan acara tersebut, diperlihatkan bagaimana status daerah Surakarta, atau kita lebih mengenalnya dengan sebutan kota Solo. Dahulu, Keraton Jogjakarta dengan Kasunanan Surakarta merupakan kerajaan yang dipecah oleh Hindia Belanda.

Sebelum Indonesia merdeka, pemerintahan kasunanan diberi hak istimewa seperti Jogjakarta seperti sekarang. Setelah merdeka, kasunanan megumumkan untuk bergabung dengan Republik Indonesia juga diberi status keistimewaan. Lantaran sebab-sebab politis, status kasunanan Surakarta sebagai daerah istimewa dicabut. Hal ini menyebabkan aset-aset milik Kasunanan pun ikut dicabut, baik perusahaan tebu, gula, kopi, dan sebagainya.

Otomatis, hal ini menyebabkan kasunanan kehilangan sumber pendapatan untuk tetap melaksanakan upacara-upacara ritual. Bahkan untuk sekedar merawat bangunan pun tidak ada karena pihak pemerintah tidak memberikan bantuan sama sekali untuk kasunanan. Kini, bangunan kasunanan yang mulai uzur, tua dimakan usia pun semakin lapuk dan lama-lama akan hancur jika tanpa campur tangan pemerintah pusat dalam memperhatikan nasib aset-aset sejarah yang ada.

Mungkin sekarang yang diperdebatkan hanyalah masalah posisi sultan akankah ditunjuk langsung oleh pemerintah pusat ataukah dipilih secara langsung? Jika dipilih secara langsung, dimanakah posisi sultan? Rakyat Jogjakarta sangat menghormati rajanya, bahkan jiwa pengorbanan terhadap sultan akan lebih besar daripada kita rakyat biasa terhadap negara kita. Namun apakah hal yang sama juga tidak mungkin terjadi di Jogjakarta? hal itu SANGAT MUNGKIN!

Akankah kita juga akan membarkan kota Jogja yang identik dengan budaya Jawa yang masih tegak berdiri dengan supremasi kesultanan Jogjakarta akan juga hilang seperti kasunanan Surakarta? Cukup satu saja yang menjadi korban, jangan menambahkan  lagi tradisi bangsa kita yang tergambar oleh Jogjakarta?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar