Minggu, 12 Desember 2010

Salah Kaprahnya Persepsi Sekolah Blingual

"Anakmu hebat ya, bisa masuk sekolah itu. Sudah tesnya sulit, mahal lagi biayanya". Ucapan seperti ini banyak diucapkan dalam "Pergosippan" ibu-ibu saat mereka belanja dan ada seorang anak dari ibu yang berbelanja diantara mereka. Rasa bangga mungkin akan menyelimuti sanubari seorang ibu jika anaknya terkenal pandai dan memiliki kemampuan lebih, terutama mampu masuk ke sekolah yang favorit yang juga terkadang menyertakan bahasa asing juga sebagai bahasa pengantar. Biasanya bahasa yang wajar digunakan dalam bahasa pengantarnya adalah  bahasa Inggris. Namun tahukah anda bahwwa penerapan di Indonesia pada kelas bilingual ini merupakan suatu kesalahan yang sudah mengakar dalam?

Kelas bilingual pertama kali muncul di Kanada dan Amerika Serikat. Kelas-kelas ini pada awalnya ditujukan untuk mengatasi penggunaan bahasa yang menyulitkan bagi anak multikultural. Semisal di Amerika Serikat dimana orang tua mereka  kebanyakan berasal dari Meksiko yang menggunakan bahasa Spanyol, sehingga sejak kecil hingga masa pra-sekolah anak tersebut menguasai bahasa Spanyol. Masalah akan ditemui jika anak tersebut mulai menginjak pendidikan formal, dimana menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pendidikan. Jadi, mereka akan mengalami kesulitan menerima pelajaran, karena mereka sendiri tidak memahami apa yang dkatakan guru mereka. Untuk mengatasi hal tersebut munculah kelas bilingual yang menggunakan bahasa Spanyol dan bahasa Inggris untuk digunakan dalam proses belajar menajar.

Bandingkan dengan Indonesia,
yang hanya sekedar meng-copy sistem belajar mengajar yang diterapkan oleh beberapa sekolah di Amerika Serikat tanpa memahami apa yang menjadi masalah sekolah tersebut. Penerapan yang asal-asalan dengan konsep yang apa adanya menyebabkan kelas bilingual tidak berjalan efektif. Di Indonesia, asal kelas menggunakan bahasa Inggris, bisa dikatakan menjadi kelas bilingual. Jika kebanyakan dari kita adalah anak ekspatriat, mungkin hal itu wajar diterapkan pada kita dengan konsep bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Namun kebanyakan kita adalah "Indonesia tulen" yang tidak mengalami kesulitan dalam memahami bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru.

Jadi, apakah kelas bilingual itu perlu? Hal ini pasti kita memiliki jawaban masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar